Kala gelap menyapa, Sugeng bergandeng tangan dengan langit malam. Hanya cinta yang menjadi cahaya, menuntun langkah dalam jejak keikhlasan.
Kisah kepedulian kali ini mengalir dari bumi Jepon, bertitik dari seorang pemilik Rumah Makan Nirwana bernama Sugeng Karyanto. Di setiap nafas kehidupannya, ia menari dalam harmoni kehidupan. Dalam kehidupan berjuta warna, berjuta makna, dalam iringan berita puitis sang senandung jiwa.
Kisah berawal. Tak sedikit ia merasakan kepedihan yang dirasakan anak yatim piatu. Air mata mengalir mengisi kesunyian hati, ingin memanggil ayah, namun kepada siapa. Di hadapannya, duka seorang anak, ingin memanggil ibu, namun sang ibu telah tiada, menyatu dengan cakrawala. Namun, di sana, dalam simpul kesedihan, terkandung hikmah kehidupan. Kehadirannya di dunia ini adalah nyanyian kasih yang takkan pernah padam.
Lentera kasih yang tersemat di dada Sugeng Karyanto, menerangi setiap sudut kehidupan. Ia merangkul takdir berbagi, menyapa setiap hampa. Rejeki baginya adalah titipan, sebaris syair keabadian. Laksana ombak kasih yang terus mengalir, tak pernah surut, tak pernah lelah.
Tak hanya sekadar bisnis mengisi hari, namun Sugeng melangkah dengan hati yang terbuka lebar. Dunia baginya hanya untuk singgah sejenak, tempat bersilaturahmi dengan canda dan duka. Namun cinta kasih yang ia tebarkan, tak terbatas dan tak terduga. Mengalir dalam arus kesucian, merangkai makna cinta yang takkan pernah pudar bagi anak yatim piatu disekitarnya.
Takkan pernah ia lupa pesan mendalam dari mendiang ibunda tercinta, Hj Nirwana. Panduan hidup yang tak terbantahkan, jalinan sunyi yang terpatri dalam setiap hela nafasnya. Janganlah lupa sembahyang, jangan tinggalkan anak yatim piatu. Itulah pesan suci yang diwariskan, menjadi rembulan cinta yang menggenggam jantungnya.
Hingga di titik ini, Sugeng merangkul panduan hidup itu, meneruskan bakti yang abadi. Dalam dekapan cinta yang menyejukkan, ketiga putri yang bersemayam di hatinya diajarkannya pula untuk berbagi. Anak yatim menjadi saudara, menyapa hangat dalam cinta tak berujung. Lembar demi lembar, cerita ini menjadi syair beriringan, dalam laku tarekat berbagi dalam kehidupannya.
Putri-putri jelita, para warisan kasih, turut menjadi pejuang cinta yang menyantuni anak yatim. Dalam sentuhan kasih, mewarnai langit hati mereka dengan cahaya harapan. Lembutnya cinta dalam kemasan sembako dan sedikit dana pendidikan, memberi arti hidup bagi mereka yang terpinggirkan. Sukses bagi Sugeng bukanlah sekadar gemerlap bisnis, namun juga nyanyian jiwa dalam setiap sentuhan kasih sesama.
Kala gelap menyapa, Sugeng bergandeng tangan dengan langit malam. Hanya cinta yang menjadi cahaya, menuntun langkah dalam jejak keikhlasan. Kadang ia bertukar makanan dengan warga miskin, menorehkan kenangan penuh makna. Setiap suapan adalah doa yang merangkai harapan. Hingga, dalam irama kebersamaan, terhampar cinta yang mengalun dalam setiap tarikan nafas.
Sugeng Karyanto, pemilik Rumah Makan Nirwana Jepon, pangeran kasih dalam bumi nyata. Tak pernah puas berbagi, terus menari dalam kasih yang abadi. Sang Pemilik Cinta, mengalirkan kisah kehangatan, menghampiri para bidadari dan malaikat yatim piatu yang terluka. Ia adalah pesona cinta dalam wujud manusia.
Dalam harmoni kehidupan, Sugeng Karyanto menggenggam cinta dalam hening, mengalirkan kisah nyata yang tak terkira. Dalam setiap geraknya, ada cinta yang menyapa, hadir untuk berbagi. Di balik tirai kasih, bumi yang berwarna-warni, bercahaya dalam cinta.
Sugeng Karyanto, Sang Pemilik Cinta, menerangi jiwa dalam cinta tak terhingga. Bersama Sang Pemilik Cinta, dia rubah dunianya, menjadi tempat berbagi, dalam keindahan gemerlap cinta yang abadi. Di tanah Jepon Blora, dia menari, tersenyum dalam seribu jejak cinta dan peduli. (AW)
KOMENTAR