Blora , Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menyoroti dua masalah kesehatan yang menjadi perhatian serius di Kabupaten Blora, yaitu stunti...
Blora, Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menyoroti dua masalah kesehatan yang menjadi perhatian serius di Kabupaten Blora, yaitu stunting dan HIV/AIDS.
Dalam pernyataan persnya di Graha Larasati Blora pada Minggu (3/12/2023), Edy Wuryanto mengatakan bahwa stunting merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Prevalensi stunting di Kabupaten Blora masih cukup tinggi.
"Harus ada gerakan yang lebih masif dari Pemerintah Daerah hingga tingkat Desa atau Kelurahan. Terpenting adalah tentang pemetaan anak stunting itu sendiri. Dari pemetaan itu, tenaga dan kader kesehatan masuk ke rumah-rumah. Pihak Desa memberi perhatian lewat anggaran. Kemudian diberikan edukasi, dipahamkan, apa itu stunting, gejalanya seperti apa, dan cara menggunakan resources yang dia miliki oleh keluarga tersebut," ujar Edy Wuryanto.
Edy Wuryanto juga menekankan pentingnya pencegahan stunting. Menurutnya, stunting dapat dicegah dengan memberikan asupan gizi yang cukup dan seimbang kepada ibu hamil dan anak.
Selain stunting, Edy Wuryanto juga menyoroti masalah HIV/AIDS di Kabupaten Blora. Prevalensi HIV/AIDS di Kabupaten Blora juga cukup tinggi, yaitu 0,7% pada tahun 2022.
"HIV ini persoalan yang kompleks juga. Dan HIV ndak ada obatnya," tegas Edy.
Edy Wuryanto mengatakan bahwa pencegahan HIV/AIDS menjadi hal yang paling penting. Pencegahan harus dilakukan pada kelompok-kelompok yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, seperti pekerja seks komersial.
"Yang lebih sulit sekarang bila PSK masuk dunia digital. Jadi, edukasi, penanganan dini, screening dini, menjadi lebih sulit. Padahal, penanganan awal itu jauh lebih penting. Sosialisasi seks secara aman bagi mereka itu tugas kita semua," tegas Edy Wuryanto.
Edy Wuryanto juga mengungkapkan bahwa peningkatan kasus HIV/AIDS terjadi pada kalangan menengah bawah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang HIV/AIDS di kalangan tersebut.
"Orang menengah keatas sudah sadar, sudah paham, mereka melakukan kontrol darah secara rutin, tapi menengah kebawah mereka tidak paham, tidak sadar, dan tidak ada resources untuk kontrol atau cek darah guna antisipasi terjangkitnya HIV/AIDS sejak dini, ini tugas berat kita," ungkapnya lagi.
Meski demikian, Edy Wuryanto juga menyampaikan kabar menggembirakan. Menurutnya, Kabupaten Blora telah masuk wilayah Kabupaten UHC, yaitu wilayah yang penduduknya sudah dijamin kesehatannya oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"95,58% penduduk Blora sudah menjadi peserta BPJS. Sumbangan terbanyak dari PBI APBN sebanyak 449.939. Artinya, orang miskin di Kabupaten Blora sudah dicover oleh JKN kita," kata Edy Wuryanto.
Dengan masuknya Kabupaten Blora ke wilayah Kabupaten UHC, maka masyarakat Blora yang sakit dan tidak memiliki BPJS akan langsung dilayani menjadi peserta BPJS.
"Kalau sudah mencapai angka 95%, maka, misalnya hari ini ada salah satu masyarakat Blora yang sakit tapi tidak masuk BPJS, masuk ke rumah sakit, langsung dilayani menjadi peserta BPJS. Begitu daftar itu langsung dapat didaftarkan juga ke BPJS dan dapat dilayani sebagai peserta BPJS pada hari itu juga," pungkas Edy.