Berkembangnya paham radikalisme cukup membuat khawatir masyarakat hingga pelosok Desa. Radikalisme yang berbalut ajaran agama ditengarai den...
Berkembangnya paham radikalisme cukup membuat khawatir masyarakat hingga pelosok Desa. Radikalisme yang berbalut ajaran agama ditengarai dengan fanatisme berlebihan, berpakaian seperti orang Arab tradisional, ekslusif, dan cenderung sinis terhadap orang lain cukup menjadi perhatian Pemerintah Desa dan warga Sambongrejo Kecamatan Sambong Kabupaten Blora.
Kepala Desa Sambongrejo Wahono Heru Prayitno, di Balai Desa Sambongrejo, Kamis (21/12/2023) mengatakan, "Kami tidak dapat membatasi kebebasan sosial warga kami saat berada di luar Desa. Sehingga, kemungkinan terpapar paham radikalisme itu tetap ada. Kami hanya berusaha untuk membendung paparan paham radikalisme itu di tingkat Desa."
Sebagai langkah konkret, Kades Sambongrejo melaksanakan diskusi dengan para tokoh masyarakat Samin sebagai representasi masyarakat adat di wilayahnya. Hasil diskusi pada awal tahun 2023 tersebut mengkerucut pada tekad untuk mempertahankan dan mendorong para pelaku seni untuk menggiatkan kearifan lokal berupa Seni Karawitan dan Seni Batik Tulis.
Memang, Desa Sambongrejo cukup dikenal sebagai salah satu benteng terakhir, penjaga kearifan lokal masyarakat Blora bagian timur dengan Budaya Samin Sedulur Sikep-nya.
"Kendala tetap ada, terutama pada peralatan gamelan dan perlengkapan batik tulis, batik tulis sebagai perwujudan pembiasaan mempertahankan kearifan lokal dari sisi lahir, dan gamelan sebagai salah satu pembiasaan mempertahankan kearifan lokal dari sisi batin," lanjut Kades Sambongrejo Wahono.
"Akhirnya kami dorong Paguyuban Karawitan Lokal untuk mengajukan proposal ke Kementrian Sosial, dan alhamdulillah diterima," ungkapnya.
Pada kesempatan lainnya, Ngasim, Ketua Paguyuban Karawitan Ngudi Laras Desa Sambongrejo saat ditemui di pendopo Sedulur Sikep membenarkan hal tersebut. "Permohonan bantuan Paguyuban kami dikabulkan Kementrian Sosial. Kami menerima gamelan lengkap mulai dari bonang, penerus, demung, saron, peking, kenong, kempul, suwuk, gong, gender, slenthem, kendang, kenong, kempyang, sampai gambang. Lengkap. Pelok dan slendro," jelas Ngasim.
"Untuk train dan pagelaran, kita pusatkan di Pendopo Sedulur Sikep ini. Kecuali bila ada tanggapan orang punya kerja," sambung Susanto Sekretaris Paguyuban Ngudi Laras.
"Kami juga dapat bantuan penguatan ekonomi produktif untuk batik tulis. Kain primis bahan batik, canting, cap, bahkan dikasih etalase segala dari Kementrian Sosial," jelas Susanto.
Dari segi pemasaran, baik batik tulis maupun seni karawitan Paguyuban Ngudi Laras tak hanya mengandalkan pasar lokal tingkat desa. Hal itu mengingat Desa Sambongrejo sering mendapat kunjungan dari wisatawan maupun Dinas Instansi mulai tingkat Kabupaten hingga Pemerintahan Pusat.
"Untuk kegiatan karawitan, kami libatkan sekitar 20-orang pengrawit dan cadangan. Untuk batik tulis, kami libatkan 14 pekerja. Dan kami juga ajarkan pada sebagian generasi muda, agar mereka lebih mencintai budaya sendiri, dan jangan sampai terkena paham radikalisme," pungkas Susanto.