Ketua DPRD Kabupaten Blora, Mustopa S.Pd.I , menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan nasib para petani tebu Blora yang kini menghadapi ...
..jpg "Ketua DPRD Blora Mustopa S.Pd.I saat membahas persoalan petani tebu di ruang kerjanya, Senin (20102025).")
Ketua DPRD Kabupaten Blora, Mustopa S.Pd.I, menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan nasib para petani tebu Blora yang kini menghadapi beragam persoalan serius. Dalam wawancara di Ruang Kerja Ketua DPRD Blora, Senin (20/10/2025), Mustopa menyebut masalah tebu bukan sekadar isu ekonomi, tapi sudah menyentuh urat nadi kesejahteraan rakyat pedesaan.
“Petani Sudah Terlalu Lama Menunggu Solusi Nyata”
Menurut Mustopa, DPRD telah menerima banyak keluhan dari petani tebu, terutama terkait sulitnya menjual hasil panen akibat masalah yang melibatkan pihak GM M (pabrik gula setempat).
“Petani sudah berulang kali bersuara. Mereka kesulitan menjual tebu karena ada hambatan dari pihak pabrik. Ini nggak bisa dibiarkan terlalu lama. DPRD akan ikut mengawal agar Bulog, Pemkab, dan pihak pabrik duduk satu meja,” ujarnya tegas.
Ia menilai, problem utama bukan hanya pada harga atau penyerapan tebu, tapi juga soal manajemen pabrik yang sudah tidak efisien dan peralatan yang usang.
Butuh Dana Rp200 Miliar untuk Boiler Baru
Mustopa memaparkan, petani menilai perbaikan pabrik gula membutuhkan investasi besar agar operasional tidak lagi tersendat setiap musim giling.
“Kalau hanya 50 sampai 70 miliar, itu cuma cukup untuk tambal sulam. Petani hitung, idealnya sekitar 200 miliar untuk mengganti boiler dan sistem baru. Itu angka realistis kalau kita mau pabrik benar-benar hidup lagi,” terang Mustopa.
Selain itu, petani juga meminta agar sekitar 500 hektare lahan tebu bisa dibeli untuk memperkuat keberlanjutan pasokan bahan baku lokal. Hal ini, menurutnya, perlu dikaji secara serius oleh Bulog dan Kementerian terkait.
Akses ke Lahan dan Musim Hujan Jadi Masalah Tahunan
Masalah klasik lain yang mencuat adalah sulitnya truk pengangkut tebu masuk ke lahan saat musim hujan. Jalan becek membuat pengangkutan terhenti dan menyebabkan tebu terlambat masuk pabrik.
“Ini masalah yang sebetulnya bisa diatasi kalau ada koordinasi lintas dinas. Pemkab lewat Dinas PU sudah siap bantu alat berat, semacam jonder atau ekskavator, supaya truk bisa tetap beroperasi,” jelas Mustopa.
Ia menyebut solusi ini sebagai langkah jangka pendek yang bisa langsung diterapkan tanpa harus menunggu perubahan kebijakan besar.
Rencana Audiensi ke Menteri Pertanian
Lebih jauh, DPRD bersama perwakilan petani berencana mengatur pertemuan langsung dengan Menteri Pertanian dalam waktu dekat. Tujuannya, agar keluhan dan kebutuhan petani tebu di Blora bisa didengar secara langsung di tingkat pusat.
“Kita akan bantu buat surat resmi. Intinya, biar para petani bisa menyampaikan keluh kesah mereka sendiri. Saya ingin pemerintah pusat tahu, bahwa tebu di Blora bukan sekadar komoditas, tapi sumber hidup ribuan keluarga,” tegas Mustopa.
Pabrik Gula Harus Dibenahi, Bukan Ditutup
Terkait kondisi pabrik gula yang hampir setiap tahun mengalami kerusakan, Mustopa mengingatkan agar solusi tidak berhenti di perawatan semata. Menurutnya, selama ini dana yang dikucurkan oleh Bulog hanya sebatas untuk pemeliharaan, bukan penggantian peralatan utama.
“Kalau terus begini, tiap tahun rusak lagi, ya petani yang kena imbasnya. Harus ada keberanian untuk peremajaan total, bukan sekadar tambal sulam,” ujarnya.
“Petani Jangan Dibiarkan Berjuang Sendiri”
Menutup pembicaraan, Mustopa menyampaikan pesan moral yang kuat:
“Petani itu tulang punggung ekonomi kita. Jangan dibiarkan berjuang sendirian. DPRD siap menjadi jembatan agar suara mereka sampai ke pusat. Yang dibutuhkan sekarang bukan janji, tapi tindakan nyata,” pungkasnya.
..jpg)
..jpg)
