Polres Blora dan Forkopimda memperkuat toleransi umat beragama demi menjaga harmoni dan rasa aman perayaan Natal 2025 di Blora.
BLORA – Di Blora, toleransi bukan sekadar jargon. Hal itu hidup dalam keseharian, tumbuh dari kebiasaan lama masyarakat yang terbiasa duduk bersama, berbagi ruang, dan saling menjaga. Menjelang perayaan Natal 2025, nilai itu kembali dirawat melalui Ngopi Bareng Forkopimda, sebuah forum sederhana namun sarat makna.
Bertempat di Aula Gedung Pertemuan Sekda Kabupaten Blora, Senin (22/12/2025), jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah bersama Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) menyamakan persepsi pengamanan Natal dan Tahun Baru. Di balik agenda teknis, tersimpan pesan yang lebih dalam: menjaga harmoni kehidupan beragama.
Kapolres Blora menegaskan bahwa pengamanan Natal tidak semata soal penjagaan fisik, tetapi juga tentang merawat rasa aman batin umat yang sedang menjalankan ibadah.
“Kami fokus pada upaya pencegahan dan antisipasi. Jangan sampai ada oknum yang melakukan tindakan intoleransi. Jika sampai terjadi, dampaknya bisa menjadi isu nasional karena menyangkut kehidupan beragama,” ujarnya.
Sebanyak 72 gereja di Kabupaten Blora menjadi fokus pengamanan, terdiri dari 14 gereja Katolik serta sejumlah rumah ibadah lainnya. Langkah ini diambil untuk memastikan umat Kristiani dapat menjalankan ibadah Natal dengan khidmat, tanpa rasa cemas, tanpa bayang-bayang gangguan.
Dalam konteks Blora—yang dikenal sebagai Bumi Samin—pengamanan ini bukan sekadar tugas institusi negara, melainkan bentuk tanggung jawab moral bersama. Negara hadir untuk memastikan keyakinan apa pun dapat dijalankan dengan tenang, berdampingan, dan saling menghormati.
Kapolres Blora juga mengajak masyarakat lintas iman untuk turut menjaga ketertiban dan menahan diri dari euforia berlebihan, terutama di momen pergantian tahun.
“Rayakan Tahun Baru dengan aman, tertib, dan tidak menimbulkan kegaduhan. Mari kita jaga Blora tetap kondusif,” pungkasnya.
Di tengah hiruk-pikuk perayaan, pesan yang ingin ditegaskan sederhana namun mendasar: toleransi tidak lahir dari slogan, tetapi dari kesediaan untuk saling menjaga. Di Blora, nilai itu kembali dirawat—pelan, konsisten, dan penuh kesadaran.
