Tidak hanya di Kabupaten Blora, malnutrisi dan stunting dapat memiliki dampak serius pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya.
Via percakapan WA, pada Kamis (18/5/2023), Dr. H. Edy Wuryanto, S.KP., M.Kep. Anggota Komisi IX DPR RI dari Dapil Jawa Tengah III menjelaskan, Malnutrisi pada anak merujuk pada keadaan ketika anak tidak mendapatkan nutrisi yang cukup atau nutrisi yang seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Ini bisa terjadi ketika anak tidak menerima asupan makanan yang memadai atau ketika mereka tidak dapat menyerap atau menggunakan nutrisi dengan baik.
"Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan yang terjadi pada anak-anak akibat malnutrisi kronis. Stunting terjadi ketika anak mengalami keterbatasan pertumbuhan fisik dan tidak mencapai tinggi badan yang optimal sesuai dengan usia mereka. Stunting biasanya diukur dengan mengukur tinggi badan anak dan membandingkannya dengan standar pertumbuhan yang sesuai dengan usia dan jenis kelamin mereka," jelas Edy Wur Politisi dari PDIP ini memberikan pendekatan.
"Malnutrisi dapat menyebabkan stunting pada anak. Kurangnya asupan nutrisi yang tepat, seperti protein, energi, zalsium, zat besi, vitamin A, dan yodium, dapat menghambat pertumbuhan fisik anak. Kekurangan nutrisi ini pada periode kritis pertumbuhan dapat mengganggu perkembangan otak dan organ tubuh lainnya, yang pada gilirannya dapat menyebabkan stunting," terang Master Keperawatan ini.
Masih menurut Edy Wur, "Tidak hanya di Kabupaten Blora, malnutrisi dan stunting dapat memiliki dampak serius pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya. Anak-anak stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif dan perkembangan yang lambat. Dapat memengaruhi prestasi akademik mereka di sekolah. Mereka juga lebih rentan terhadap penyakit, memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah, dan rentan terhadap gangguan kesehatan sepanjang hidup mereka. Hal ini dapat mengurangi produktivitas dan kemampuan kerja mereka saat dewasa, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan."
Maksimalkan Stake Holding untuk Cegah Malnutrisi
"Untuk mengatasi masalah malnutrisi dan stunting serta meningkatkan kualitas SDM diperlukan berbagai upaya," tutur Edy Wur.
Menurut Anggota Komisi IX DPR RI ini, paling tidak ada 5 stake holder yang harus dimaksimalkan, yaitu :
1. Tenaga medis dan kesehatan
Dokter, perawat, ahli gizi, dan petugas kesehatan lainnya diperlukan untuk memberikan perawatan kesehatan yang tepat kepada anak-anak dan ibu hamil. Mereka juga dapat memberikan edukasi tentang gizi yang seimbang dan pentingnya pola makan yang baik.
2. Ahli gizi dan peneliti
Ahli gizi dapat membantu merancang program gizi yang efektif dan menyediakan nasihat ahli tentang makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan anak yang optimal. Para peneliti juga dapat melakukan studi untuk memahami penyebab dan dampak malnutrisi serta mencari solusi yang tepat.
3. Pendidik dan pendukung
Bidan Desa sebagai guru, kemudian para pendamping, kader kesehatan dan pekerja sosial dapat memainkan peran penting dalam memberikan pendidikan gizi kepada anak-anak dan keluarga mereka. Mereka juga dapat memberikan dukungan psikososial kepada anak-anak yang mengalami masalah gizi.
4. Pemerintah dan lembaga terkait
Pemerintah perlu memiliki kebijakan yang mendukung gizi yang baik dan memprioritaskan program-program yang mengurangi malnutrisi dan stunting. Lembaga terkait, seperti organisasi non-pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, juga dapat berperan dalam memberikan bantuan dan sumber daya untuk mengatasi masalah ini.
5. Masyarakat dan keluarga
Masyarakat luas dan keluarga memainkan peran penting dalam mendukung gizi yang baik. Mereka perlu memiliki pengetahuan tentang pentingnya pola makan yang seimbang dan dapat mengadopsi praktik-praktik gizi yang baik di rumah. Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga dapat membantu mengurangi stigma terkait gizi buruk dan stunting.
"Untuk meningkatkan kualitas SDM, diperlukan komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait untuk mengatasi masalah malnutrisi dan stunting pada anak-anak," pungkas Edy Wuryanto. (AW)