LSM Jatibumi desak hentikan sumur minyak ilegal di Blora. Mafia berkedok sumur rakyat disebut merusak lingkungan dan menelan korban jiwa.
Ledakan sumur minyak ilegal di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, masih menyisakan trauma mendalam. Tiga nyawa melayang, dua rumah jadi arang, dan 50 keluarga terpaksa mengungsi seadanya, hanya beralaskan tikar di lantai penampungan darurat.
Tragedi yang sempat terdengar hingga Desa Giyanti di ujung timur Kabupaten Blora ini makin membuka mata! Sumur-sumur ilegal yang diklaim demi kemakmuran rakyat ternyata justru menjadi mesin maut.
Di tengah kondisi itu, Ketua LSM Jatibumi, Tejo Prabowo, angkat suara lantang lewat pernyataan persnya di Stasiun Blora.
“Hentikan semua kegiatan penambangan minyak ilegal berkedok sumur rakyat di Blora!” tegas Tejo.
“Usut tuntas penerima attensi penambangan sumur minyak ilegal di Blora!” lanjutnya.
“Istilah sumur rakyat hanyalah kedok belaka. Dibalik investasi pengeboran sumur minyak selama ini adalah mafia-mafia yang dibekingi oleh APH.”
Aktivis Blora Menggugat, Tripot Perlawanan vs Tripot Menara Minyak
Pernyataan Tejo bukan sekadar kritik, tapi juga sinyal bahwa aktivis lingkungan Blora siap mengawal kasus ini. Bersama stakeholder lain, Jatibumi berkomitmen penuh menekan pengusutan sumur ilegal yang merusak lingkungan dan mengancam nyawa warga.
Tejo menggambarkan kekuatan tekad para aktivis itu sekuat tripot menara pertambangan minyak, sekencang kawat seling berdiameter 2 cm penarik timba sumur minyak tua, dan semenggelegar ledakan Gendono yang mengguncang telinga seluruh Blora.
Sumur Minyak Rakyat, Kedok Lama, Luka Baru
Istilah sumur minyak rakyat sejatinya bukan hal baru. Sejak era kolonial Belanda, masyarakat Blora sudah akrab dengan aktivitas ngangsu lenga (menimba minyak). Bedanya, dulu aktivitas itu dilakukan tradisional dengan timba kayu, tanpa mesin bor, tanpa modal raksasa, dan yang paling penting, tanpa mafia!.
Kini, yang disebut “sumur rakyat” tak lebih dari kamuflase. Di balik rig-rig modern yang berdiri di tengah ladang jagung, ada aliran modal gelap, ada pungutan liar, ada pejabat dan aparat yang terlibat. Rakyat kecil hanya jadi tameng, bahkan jadi korban.
Blora Butuh Keberanian, Bukan Sekadar Simpati
Ledakan di Dukuh Gendono seharusnya menjadi titik balik. Aktivis lingkungan menilai, jika tidak ada ketegasan aparat dan pemerintah, Blora akan terus dibakar kerakusan—bukan sekadar api.
LSM Jatibumi mendesak agar penindakan tak hanya berhenti pada pekerja tambang ilegal, tapi juga menyasar aktor intelektual di belakangnya. “Kalau hanya kuli-kuli tambang yang ditangkap, itu sama saja dagelan. Yang harus diungkap siapa yang menerima attensi, siapa bekingnya, dan siapa mafia aslinya,” tutup Tejo.