Jembatan penghubung Singonegoro–Ketringan, Jiken, Blora putus akibat hujan deras. Akses warga lumpuh, hanya motor bisa melintas di jembatan darurat
Jembatan vital penghubung Desa Singonegoro dan Desa Ketringan di Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, putus total akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut pada Minggu (26/10/2025). Akibatnya, ribuan warga terdampak dan harus memutar hingga 15 kilometer untuk melintas.
Camat Jiken, Joko Lelono, yang langsung meninjau lokasi kejadian, membenarkan bahwa jembatan tersebut kini dalam kondisi rusak berat.
“Kami berada di Jembatan Singonegoro–Ketringan, yang pada saat ini kondisinya putus. Hal ini disebabkan oleh hujan deras yang terjadi pada hari Minggu, tanggal 26 Oktober, sehingga menyebabkan pondasi jembatan ambrol,” ujar Camat Joko Lelono, Selasa (28/10/2025).
Sebagai langkah cepat, pihak Kecamatan bersama petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) berupaya membangun jembatan darurat. Namun, akses sementara itu hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
“Untuk mobil tidak bisa, harus memutar lewat Bogorejo menuju Ketringan. Jadi harus memutar sekitar 15 kilo,” jelas Joko.
Putusnya jembatan ini berdampak besar bagi warga, terutama di Dukuh Kedung Perahu dan Desa Ketringan, yang setiap harinya menggunakan jalur tersebut untuk ke sekolah, bekerja, dan berdagang.
“Kami mohon prinsip kehati-hatian buat pengendara motor untuk yang lewat. Walaupun bisa dilewati, namun harus ekstra hati-hati,” pesannya.
Joko Lelono juga menyampaikan apresiasi kepada PUPR atas penanganan cepat yang dilakukan dan berharap perbaikan permanen segera dilaksanakan oleh instansi terkait, mengingat jembatan ini menjadi akses vital antar desa.
Sementara itu, Kepala Desa Singonegoro, Sarji, menjelaskan bahwa jembatan yang ambrol tersebut merupakan konstruksi lama dari tahun 1990-an yang belum pernah mendapat perbaikan besar.
“Dibangun sejak tahun 90-an itu. Iya, belum ada perbaikan sama sekali ya, belum,” jelas Sarji.
Ia menambahkan bahwa kondisi ini menyulitkan aktivitas warga karena kendaraan roda empat sama sekali tak bisa melintas.
“Harus pelan-pelan, kalau kendaraan roda empat tidak bisa,” tambahnya.
Sarji berharap perhatian dari dinas terkait untuk segera melakukan perbaikan.
“Untuk dari dinas PU ya semoga ini ditangani, ini bisa dibangun, mengingat ini akses utama,” ujarnya.
Salah satu warga pengguna jalan, Cicin Amalia, juga mengeluhkan dampak yang dirasakan terutama oleh para pelajar.
“Tadi sekolah jam 7. Ini jalan utamanya, jalan satu-satunya,” ungkapnya.
“Harapnya perbaikan jembatan dapat segera dilakukan karena kami dan pelajar lainnya sangat mengandalkan jalur tersebut, apalagi menjelang masa ujian,” tambah Cicin.
Kerusakan jembatan Singonegoro–Ketringan menjadi pengingat akan pentingnya pemeliharaan infrastruktur pedesaan yang sering terabaikan. Jembatan bukan sekadar bangunan beton dan baja, tetapi urat nadi ekonomi dan sosial masyarakat desa.
Jembatan yang dibangun sejak 1990-an itu kini menagih janji perawatan yang tertunda. Di tengah gempuran pembangunan kota, desa-desa seperti Singonegoro dan Ketringan seakan berbicara lewat retakan pondasi, bahwa pembangunan sejati tidak boleh timpang arah.
.jpg)