Tawa pecah di mana-mana, bahu saling ditepuk, dan cerita-cerita lama muncul begitu saja. Suasananya ramai namun akrab, penuh energi, dan terasa sangat emosional bagi yang hadir. Ketika MC memandu pengucapan jati diri Brimob, suara para eks Brimob itu menyatu lagi, lantang, seolah mereka belum pernah meninggalkan korps.
Tumpeng untuk Menguatkan Persaudaraan
Puncak acara datang ketika Kapolres Blora AKBP Wawan Andi Susanto, S.H., S.I.K., M.H. memotong tumpeng sebagai simbol rasa syukur. Dengan senyum hangat, potongan tumpeng itu diserahkan kepada Kabagren AKP Hariyono—sebuah isyarat penghormatan, kebersamaan, sekaligus terima kasih atas dedikasi perwira yang ikut menjaga marwah satuan.
Momen itu membuat para eks Brimob yang hadir mengangguk pelan. Ada yang terlihat berkaca-kaca. Tradisi memang sering begitu, sederhana, tapi magnet emosinya kuat.
Pesan Kapolres, “Sekali Brimob, Tetap Brimob”
Di hadapan wartawan, Kapolres Wawan memberikan pesan yang langsung menohok hati mereka yang dulu mengenakan baret Brimob.
“Giat tadi sebagai wujud syukur oleh anggota yang dulu pernah berdinas di Brimob, serta mengajak para eks Brimob untuk terus menjadi teladan di lingkungan kerjanya saat ini dan di masyarakat.”
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa nilai-nilai Brimob tidak boleh hilang meski seseorang sudah bertugas di unit lain.
“Menjaga nama baik Korps Brimob dan Polres Blora… dengan kontribusi positif sesuai kapasitas tugasnya masing-masing.”
Dan yang paling kuat, yang paling menggema di ruang acara itu adalah pesannya,
“Semangat ‘sekali Brimob, tetap Brimob’ harus tetap hidup di jiwa anggota.”
Kalimat itu seperti mengunci seluruh makna tasyakuran hari itu. Para eks Brimob yang hadir seperti diberi suntikan energi baru. Mereka bukan lagi “orang yang pernah di Brimob”—tapi bagian dari tradisi yang tidak pernah putus.
Eks Brimob, Garda Senyap yang Tetap Menjaga
Di Blora—kabupaten luas dengan desa-desa terpencil, kawasan hutan, dan mobilitas masyarakat yang tinggi—kehadiran aparat yang punya etos kuat jadi harapan besar bagi warga. Para eks Brimob yang kini bertugas di fungsi lain di Polres Blora adalah “penjaga senyap” itu.
Mereka mungkin tidak lagi memakai seragam Brimob tiap hari. Tapi cara mereka bersikap, bekerja, dan melayani masyarakat masih memancarkan nilai-nilai lama, disiplin, keberanian, solidaritas, dan ketegasan yang dibalut humanisme.
Agenda tasyakuran ini mengingatkan bahwa mereka tetap rumah dari nilai-nilai itu.
Tradisi yang Menghidupkan Semangat
Rangkaian acara yang dimulai dari pembukaan, pengucapan jati diri Brimob, doa, hingga foto bersama, semuanya mengalir hangat seperti reuni besar. Ramah tamah menjelang sore membuat suasana makin cair; para eks Brimob bercanda, saling berbagi kabar, bahkan saling menguatkan untuk tetap semangat dalam tugas-tugas keseharian mereka kini.
Di Blora, tempat berbagai dinamika sosial terus bergerak, kehadiran mereka adalah kabar baik bagi masyarakat.
Dan hari itu, tasyakuran yang tampak sederhana berhasil menghidupkan kembali sesuatu yang lebih besar dari acara, rasa memiliki, rasa bangga, dan rasa ingin tetap berguna.
Karena bagi mereka, dan bagi Blora, semboyan itu bukan slogan semata,
Sekali Brimob, tetap Brimob.