Warga Sambong dan aparat kepolisian bertemu dalam aksi tuntut perbaikan jalan rusak, berakhir mediasi di Kantor Camat.
BLORA — Puluhan warga Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, Kamis (27/11), berniat turun ke jalan menuntut nasib jalan rusak yang mereka rasakan saban hari. Jalan yang retak-retak, berlubang, berdebu–basah bergiliran—seolah sudah terlalu lama menunggu jawaban.
Pada sisi timur kecamatan, tepat di halaman Polsek Sambong, 60 personel Bhayangkara Polres Blora yang dikomandoi Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polres Blora, Kompol Soeparlan, S.H., M.H. berdiri berbaris rapi. Lantai koral yang kasar menggesek sepatu mereka, sementara bunga-bunga di tepinya bergoyang pelan diterpa angin akhir November. Tak ada wajah tegang, hanya keseriusan yang ingin memastikan hari itu berjalan tanpa gesekan yang tak perlu.
Sesaat setelah itu, puluhan warga terlihat berjalan perlahan menuju titik kumpul. Ada yang membawa tulisan seadanya, ada yang hanya menyimpan unek-unek dalam dada. Bagi mereka, jalan dari Simpang Tiga Sambong hingga Ledok bukan sekadar infrastruktur; itu jalur hidup yang setiap lubangnya mengandung cerita tentang sekolah yang terlambat, motor yang rusak, pengendara yang celaka dan rasa jengkel yang lama dipendam dalam jiwa. Mereka percaya, kerusakan itu tak lepas dari lalu lintas kendaraan berat Pertamina EP Ledok yang setiap hari menderu tanpa banyak kompromi, seolah tanpa peduli.
Dua Kekuatan Bertemu di Ruas Jalan Sambong–Ledok
Di satu titik jalan yang pecahannya seperti mozaik tak selesaikan, warga dan polisi akhirnya bertemu. Bukan dalam suasana panas, bukan pula dalam tarik-ulur tensi apalagi rasa benci. Namun terlihat lebih seperti dua arus berbeda yang berhenti di satu cekungan yang sama.
Dua kekuatan berdiri berhadap-hadapan,
satu pihak membawa aspirasi,
pihak lain membawa amanah untuk melayani dan mengayomi.
Mereka bertemu bukan untuk saling melawan, melainkan untuk saling memahami. Bahwa perjuangan warga bukan ancaman, dan pengamanan polisi bukanlah intimidasi. Seperti dua sisi pagar bambu di pinggiran kali, yang sama-sama berharap tak ada satu pun yang patah hari itu.
Mediasi yang Mengarah ke Meja Dialog
Setelah suara-suara disampaikan dan jalan sudah cukup menjadi saksi, rombongan warga, Forkompimcam Sambong, dan pihak Pertamina EP Ledok akhirnya bergerak menuju Pendopo Kantor Camat Sambong. Ruangan itu menjadi tempat di mana tuntutan, kekesalan, dan harapan dicoba untuk dirumuskan dalam kata-kata yang lebih tenang, dari hati ke hati.
Polres Blora sendiri, berharap pertemuan itu tak hanya menghasilkan daftar catatan, tetapi juga keputusan yang membumi — menjadi tindakan nyata yang menambal luka jalan yang selama ini mereka lewati.
Suara Polisi, “Kami Menjembatani, Bukan Menghalangi”
Kasat Reskrim Polres Blora, AKP Zaenul Arifin, yang ditemui wartawan, berbicara dengan nada teduh.
“Kami menghimbau agar Pemerintah Kecamatan Sambong dan Dinas PUPR menjembatani tuntutan warga ke pihak rekanan Pertamina,” ujarnya.
Ia menegaskan, tugas kepolisian hari itu sederhana saja: memastikan penyampaian aspirasi berlangsung aman, tertib, dan tak mengganggu kehidupan warga lain yang tetap harus berjalan.
