Kapolres Blora AKBP Wawan Andi Susanto menggelar Rilis Akhir Tahun 2025, memusnahkan ribuan botol miras, dan merefleksikan dinamika keamanan.
BLORA – Senin pagi (29/12), halaman Mapolres Blora tak sebatas menjadi tempat apel rutin. Di pengujung Desember, suasana terasa lebih khidmat. Ada doa yang melangit, ada botol beling yang remuk, dan ada catatan panjang yang dibacakan sebagai cermin bagi seluruh warga Kabupaten Blora.
Kapolres Blora, AKBP Wawan Andi Susanto, berdiri di hadapan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Pertemuan itu bukanlah formalitas birokrasi, melainkan sebuah manifestasi solidaritas. Di sana, doa-doa dipanjatkan bukan hanya untuk kedamaian Blora menjelang pergantian tahun, tapi juga dikirimkan melintasi pulau untuk saudara-saudara yang sedang didera musibah di Sumatera. Sebuah rilis akhir tahun yang dibuka dengan rasa empati yang mendalam.
Namun, ketegasan hukum tak boleh luruh oleh kelembutan budi. Tak lama berselang, suara deru mesin menghancurkan kesunyian. Sebanyak 2.143 botol minuman keras—dari berbagai merek dan kadar alkohol yang selama ini bersembunyi di sudut-sudut gelap Blora—dimusnahkan. Botol-botol itu adalah hasil sitaan dari rentetan operasi KRYD, sebuah konsekuensi nyata dari tanggung jawab korps berseragam cokelat untuk memastikan malam tahun baru tak berujung nestapa akibat pengaruh alkohol.
"Ini adalah wujud tanggung jawab kami untuk meminimalisir tindak pidana. Kami ingin perayaan tahun baru berlangsung tanpa gangguan," ujar AKBP Wawan Andi Susanto dengan nada tenang namun tegas.
Di balik seremonial tersebut, tersaji angka-angka yang menuntut renungan. Sepanjang tahun 2025, grafik Kamtibmas di Blora menunjukkan tren kenaikan. Sang Kapolres membedah fenomena ini dengan jujur: kembalinya para residivis ke tengah masyarakat dan himpitan ekonomi menjadi motor penggerak kriminalitas yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Tak hanya kriminalitas, potret jalanan Blora pun menjadi sorotan. Angka pelanggaran lalu lintas melonjak, sementara tingkat kepatuhan warga justru melandai. Ada ironi yang terpotret di sana. Sejak penilangan manual dibatasi, muncul kecenderungan masyarakat untuk bersikap "acuh tak acuh" di aspal jalan.
"Padahal sejatinya, tertib lalu lintas itu tumbuh dari kesadaran pribadi. Manfaatnya akan kembali pada diri sendiri," tambah Kapolres, mengingatkan bahwa keselamatan bukan sekadar urusan takut pada surat tilang, melainkan tentang menghargai nyawa sendiri.
Senin itu, Mapolres Blora tak hanya merilis data. Mereka sedang menyusun harapan agar di tahun 2026 nanti, Blora—dari ujung Sambong hingga Jati—bisa berjalan lebih tertib, lebih aman, dan lebih sadar bahwa kedamaian adalah kerja keras kolektif antara aparat dan rakyatnya.
