Catatan perjalanan humanis Polsek Kunduran di Desa Tawangrejo. Sebuah kisah tentang ketulusan di balik seragam coklat.
BLORA – Mentari langit Kunduran tak kunjung nampak, membuat hawa sejuk merasuk hingga sudut-sudut Desa Tawangrejo. Jumat pagi itu (19/12), kesunyian Dukuh Singgahan hingga Nglencong pecah oleh deru motor yang dikendarai petugas, yang bersamanya terbawa pula amanah kepedulian.
Aiptu Agus Riyanto, S.H., menepi di sebuah pelataran rumah. Di bawah panji "Polres Blora Hebat", ia dan rekan-rekan Bhabinkamtibmas tidak sedang datang untuk urusan perkara atau sengketa. Tangan-tangan mereka yang biasa memegang buku laporan, kali ini menenteng kantong-kantong sembako dan harapan.
Ikatan Batin Kuat Antara Polisi dan Warga
Sutarni, perempuan berusia 59 tahun dari Dukuh Singgahan, menyambut dengan gurat wajah yang bercampur antara kaget dan syukur. Baginya, kunjungan ini bukan sekadar bantuan logistik. Ada martabat yang diangkat ketika seorang petugas berseragam sudi mengetuk pintu rumahnya, menanyakan kabarnya, dan mengulurkan bantuan dengan senyum tulus.
Pemandangan serupa berulang di rumah Suparti di Dukuh Bulu, hingga ke kediaman Rondi di ujung Dukuh Nglencong. Iptu Budi Santoso, S.H., M.H., sang nakhoda di Polsek Kunduran, memahami betul bahwa keamanan wilayah tidak hanya dibangun dengan patroli sirene, melainkan dengan ikatan batin yang kuat antara polisi dan rakyatnya.
Hadir dan Bermanfaat Bukan Sekedar Slogan Semata
"Bagi kami, hadir dan bermanfaat bukan sekadar slogan di atas kertas," tutur Iptu Budi Santoso merefleksikan kegiatan tersebut. "Ini adalah cara kami berkata kepada warga bahwa mereka tidak sendiri."
Jumat Berkah di Tawangrejo pun berlalu dengan tenang. Namun, jejak-jejak langkah para petugas di jalanan berdebu desa itu meninggalkan kesan mendalam. Di antara kantong beras dan minyak goreng yang berpindah tangan, ada doa-doa yang melangit, memperkuat fondasi kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri yang kini terasa lebih seperti seorang saudara lama yang datang berkunjung.

